03 Mei 2023 | Artikel
Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling umum di dunia, terutama pada wanita. Dikutip dari Kompas, sebuah studi yang diterbitkan oleh CA: A Cancer Journal for Clinicians pada tahun 2020 memperkirakan ada sekitar 2,3 juta kasus baru kanker payudara. Ini merupakan 11,7% dari total kasus kanker yang terjadi pada periode itu. Di sisi lain, juga ada banyak mitos dan kesalahpahaman yang beredar tentang kanker payudara. Meskipun niatnya mungkin baik, mempercayai mitos ini bisa menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu atau bahkan menyebabkan penundaan diagnosis dan pengobatan yang dapat menyelamatkan nyawa.
Beberapa Mitos Kanker Payudara
Ada banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat terkait dengan kanker payudara. Namun, karena keterbatasan, melalui artikel ini kami akan berusaha mengupas fakta di balik beberapa mitos saja. Berikut adalah di antaranya:
Hanya menyerang wanita
Faktanya, meskipun angka kejadian kanker payudara pada pria jauh lebih rendah, tetap saja pria tidak terlepas dari risiko penyakit ini.
Secara anatomi, pria juga memiliki jaringan kelenjar susu yang sama seperti wanita. Perbedaannya terletak pada jumlah jaringan pada pria yang lebih sedikit dan kurang sensitif terhadap hormon, yang menjadikan risiko terkena kanker lebih rendah.
Namun beberapa faktor berikut tetap dapat meningkatkan risiko pria terkena kanker payudara, di antaranya adalah usia, riwayat keluarga, mutasi genetik, obesitas, dan paparan radiasi.
Hanya terjadi pada wanita dengan anggota keluarga yang pernah terkena kanker payudara
Ini juga merupakan kesalahpahaman yang banyak beredar. Anggapan bahwa yang dapat terkena kanker payudara hanyalah orang-orang yang anggota keluarganya pernah kena juga dapat sangat berbahaya.
Pasalnya hal ini dapat mengurangi tingkat kewaspadaan dan membuat orang-orang meremehkan pemeriksaan rutin hanya karena merasa aman tidak memiliki riwayat kanker dari anggota keluarga lainnya.
Padahal faktanya, memiliki keluarga dengan riwayat kanker benar dapat meningkatkan risiko terkena juga, tapi sebagian besar kasus kanker payudara yang terjadi pada wanita justru berasal tanpa riwayat penyerta dari keluarga.
Deodoran adalah penyebab kanker payudara
Isu ini termasuk yang cukup banyak beredar. Pada awalnya mitos ini muncul karena adanya zat aluminium yang terdapat pada antiperspiran yang digunakan untuk menghentikan keringat pada ketiak. Zat ini diyakini dapat diserap oleh kulit dan memicu perkembangan kanker.
Namun, berbagai hasil penelitian hingga saat ini belum menemukan hubungan antara penggunaan deodoran/antiperspiran dengan risiko kanker payudara.
Kanker payudara selalu menimbulkan benjolan yang dapat diraba
Faktanya, beberapa kasus kanker payudara tidak menimbulkan benjolan dan dapat sulit dideteksi tanpa pemeriksaan medis lanjutan.
Selain benjolan, beberapa tanda berikut juga perlu diwaspadai sebagai gejala adanya kanker payudara. Di antaranya adalah perubahan pada bentuk atau ukuran payudara, kulit payudara yang mengerut, timbul lecet atau sisik pada kulit payudara, terjadi keanehan pada puting (bentuk puting berubah jadi masuk ke dalam, atau mengeluarkan cairan yang tidak biasa), hingga terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di area ketiak.
Penting untuk diingat bahwa gejala kanker payudara bisa berbeda-beda pada setiap wanita, dan seperti yang sempat disinggung sebelumnya, beberapa kasus bahkan mungkin tidak menimbulkan gejala sama sekali. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan tes skrining secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki risiko atau gejala kanker payudara. Tes skrining yang paling umum digunakan adalah mammografi dan pemeriksaan payudara secara klinis oleh dokter.
Anda dapat melakukan pemeriksaan ini di Adi Husada Cancer Center (AHCC), Surabaya. Sebagai salah satu rumah sakit pusat perawatan kanker terbaik yang ada di Indonesia timur, AHCC memiliki layanan skrining kanker payudara yang lengkap dan akurat. Pemeriksaan payudara secara berkala, seperti mammografi dan pemeriksaan payudara secara klinis, dapat membantu mendeteksi kanker payudara sedini mungkin, meningkatkan peluang kesembuhan dan meminimalkan risiko komplikasi yang lebih serius. Untuk informasi selengkapnya terkait skrining kanker payudara, Anda dapat menghubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau melalui email ke info@ahcc.co.id
01 Mei 2023 | Artikel
Selain mendatangkan kebahagiaan, menjadi ibu tentu juga hadirkan berbagai tantangan baru bagi seorang perempuan. Salah satunya adalah mengalami payudara sakit ketika menyusui anaknya. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya khawatir bahwa sakit yang dialami ketika menyusui ini merupakan gejala penyakit yang lebih serius, seperti kanker payudara.
Kekhawatiran ini dapat dimaklumi, mengingat kanker payudara hingga sekarang masih menjadi salah satu momok mengerikan, khususnya bagi perempuan. Berdasarkan data dari website Kementerian Kesehatan, tercatat pada 2020 lalu ada 2,3 juta perempuan di dunia yang didiagnosa mengalami kanker payudara. Dari jumlah tersebut, 685 ribu kasus berujung pada kematian.
Sedikit kabar gembira bagi ibu menyusui, pasalnya dikutip dari SehatQ berdasarkan penelitian yang diterbitkan American Journal of Preventive Medicine, ibu menyusui justru dianggap memiliki risiko lebih rendah terkena kanker payudara dibandingkan yang tidak menyusui. Lalu bagaimana dengan rasa sakit di payudara saat menyusui? Apakah itu tidak berhubungan dengan kanker? Mari kita bahas lebih lanjut di artikel ini.
Apa Penyebab Payudara Sakit Saat Menyusui?
Tidak selalu berkaitan dengan kanker, berikut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya sakit pada payudara saat menyusui:
- Salah Posisi dan Cara Memegang Bayi
Salah satu penyebab umum timbulnya sakit adalah posisi menyusui atau cara ibu memegang bayi saat menyusu yang kurang tepat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada puting susu dan menimbulkan nyeri atau lecet. Sebagai solusinya, pastikan posisi bayi dapat mengisap seluruh puting dan areola payudara saat menyusu. - Mastitis
Merupakan infeksi atau peradangan yang terjadi pada jaringan payudara. Kondisi mastitis ini juga dapat menyebabkan nyeri pada saat menyusui. Mastitis biasanya dapat terjadi ketika ada penumpukan ASI yang disebabkan karena salurannya tersumbat. Selain itu, mastitis juga dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri melalui puting susu yang lecet. Mastitis umumnya ditandai dengan beberapa hal berikut di antaranya, payudara memerah, mengeras, sakit saat dipegang, dan bengkak. - Proses Laktasi Alami
Proses produksi dan pelepasan air susu dari payudara sendiri secara alami dapat menyebabkan ketegangan dan rasa sakit. Hal ini merupakan respon normal dari tubuh terhadap proses menyusui.
Dapat disimpulkan, rasa sakit pada payudara saat menyusui jarang berkaitan dengan ada atau tidaknya kanker. Meskipun begitu, tetap penting bagi ibu menyusui untuk mengetahui tanda-tanda kanker payudara yang perlu diwaspadai.
Gejala Kanker Payudara Pada Ibu Menyusui
Secara data, dikutip dari SehatQ, persentase kasus kanker payudara pada ibu menyusui diperkirakan hanya sekitar 3% dari total kasus kanker yang terjadi. Bahkan beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa menyusui dapat mengurangi risiko kanker payudara. Namun bukan berarti ibu menyusui terbebas dari kanker.
Untuk gejala kanker pada ibu menyusui sendiri sering campur aduk dengan penyebab nyeri menyusui lainnya. Seringnya yang membedakan adalah ada tidaknya benjolan di sekitar payudara.
Selain benjolan, ibu menyusui juga wajib waspada ketika muncul beberapa tanda berikut:
- Gatal berkepanjangan
- Muncul ruam di kulit sekitar payudara (biasanya menyerupai gigitan serangga)
- Bentuk puting tidak wajar (contoh: mendatar, atau bahkan masuk ke dalam)
- Terjadi perubahan warna kulit payudara menjadi merah muda atau ungu seperti memar
- Terjadi perubahan tekstur kulit payudara menjadi bersisik
- Muncul nyeri hebat
- Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di area ketiak atau bawah lengan
Untuk lebih meyakinkan, ketika menemukan gejala seperti disebutkan di atas sebaiknya Anda tidak menunda untuk segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat dan melakukan pemeriksaan lanjutan.
Anda juga dapat mengunjungi Adi Husada Cancer Center (AHCC) Surabaya untuk melakukan diagnosa kanker payudara. Sebagai salah satu rumah sakit onkologi terbaik, AHCC memiliki berbagai fasilitas pemeriksaan kanker termasuk untuk kanker payudara. Layanan pemeriksaan tersebut di antaranya adalah pemeriksaan mammogram, pemindaian ultrasound (USG), pemeriksaan MRI, biopsi hingga yang terkini menggunakan teknologi VABB (Vacuum Assisted Breast Biopsy).
Keunggulan Teknologi VABB
VABB merupakan salah satu teknologi biopsi terkini di AHCC yang mampu mendiagnosis benjolan di payudara dengan lebih cepat.
Beberapa keunggulan penggunaan teknologi ini antara lain adalah:
- Minim sayatan dan tidak memerlukan operasi besar
- Mampu mengangkat tumor beserta jaringannya
- Durasi tindakan lebih singkat, tidak mengharuskan rawat inap
- Hanya memerlukan bius lokal
- Dengan proses pemulihan lebih cepat
Dengan segala keunggulannya, VABB tentu dapat menjadi pilihan yang aman dan nyaman bagi Anda yang berencana melakukan pemeriksaan kanker payudara.
Jika Anda memerlukan pemeriksaan atau perawatan kanker payudara, jangan ragu untuk menghubungi Adi Husada Cancer Center, salah satu rumah sakit onkologi terbaik di Surabaya. Tim medis kami terdiri dari dokter spesialis onkologi yang berpengalaman dan berkomitmen untuk memberikan perawatan yang terbaik bagi pasien.
Adi Husada Cancer Center dilengkapi dengan teknologi medis terkini dan fasilitas yang nyaman, sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas bagi pasien. Selain itu, kami juga menyediakan layanan konseling bagi pasien dan keluarga yang terkena dampak psikologis dari penyakit kanker.
Jangan ragu untuk menghubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau email ke info@ahcc.co.id untuk informasi lebih lanjut tentang pelayanan kami dan untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis onkologi kami.
24 April 2023 | Artikel
Kanker serviks masih menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan di seluruh dunia. Mengutip dari Katadata, berdasarkan data WHO pada tahun 2020 lalu, di Indonesia saja tercatat ada sekitar 36 ribuan kasus kanker serviks. Meskipun lebih umum terjadi pada wanita dewasa, tetapi kanker jenis ini juga dapat menyerang mereka yang lebih muda.
Menurut penelitian Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2018 tercatat dari sekitar 11.000 perempuan di Amerika Serikat yang didiagnosa dengan kanker ini, 20% di antaranya berusia di bawah 45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan muda pun tidak luput dari risiko kanker serviks.
Apa Sih Kanker Serviks Itu?
Sesuai namanya, kanker yang dikenal juga dengan sebutan kanker leher rahim ini terjadi ketika sel-sel di area leher rahim tumbuh cepat dan tidak terkendali. Leher rahim sendiri merupakan area di bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tingkat lebih lanjut, sel-sel kanker ini juga dapat menyebar ke jaringan lain di sekitar area leher rahim seperti jaringan vagina, saluran kelamin, kandung kemih, bahkan hingga ke organ tubuh lainnya yang terletak jauh dari leher rahim.
Penyebab utamanya adalah infeksi virus HPV atau human papillomavirus. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Namun tidak semua orang yang terinfeksi HPV otomatis terkena kanker leher rahim. Ada banyak jenis HPV, tapi hanya beberapa jenis di antaranya yang dapat menyebabkan kanker leher rahim.
Berbagai faktor lain juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker ini, di antaranya adalah merokok, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, bergonta-ganti pasangan seksual, melakukan hubungan seksual tanpa pengaman, serta riwayat kanker di keluarga sebelumnya.
Apa Saja Gejalanya?
Sayangnya, pada tahap awal penyebaran kanker ini sering tidak terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala. Namun pada tahap lebih lanjut, dapat muncul gejala berupa:
- Perdarahan vagina yang tidak normal, seperti misalnya ketika usai berhubungan seksual, perdarahan di luar jadwal menstruasi, atau perdarahan setelah menopause.
- Keputihan yang tidak biasanya, berbau busuk atau berwarna cokelat.
- Merasakan sakit atau nyeri saat berhubungan seksual.
- Sering mengalami nyeri panggul atau sakit punggung
Bagaimana Pencegahannya?
Karena umumnya baru dapat diketahui setelah memasuki stadium lanjut, maka rutin melakukan skrining, memegang peranan penting pada pencegahan dan pengobatan kanker serviks.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya sel yang berubah menjadi abnormal (potensi sel kanker). Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan adalah:
- Pap Smear
Dilakukan dengan cara mengambil sampel sel-sel dari leher rahim dan memeriksanya di bawah mikroskop. Tujuannya adalah untuk mendeteksi perubahan sel yang abnormal, yang dapat menunjukkan adanya risiko terkena kanker serviks. Tes ini tidak menyakitkan dan dapat dilakukan di klinik atau dokter kandungan. Para perempuan disarankan mulai melakukan tes ini pada usia 21 tahun atau setelah aktif secara seksual. - Tes HPV
Dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim dan memeriksa adanya virus HPV. Tes HPV dapat dilakukan bersamaan dengan tes pap smear atau terpisah. Tes HPV disarankan untuk wanita yang telah aktif secara seksual dan berusia di atas 30 tahun. - Kolposkopi
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan alat bernama kolposkop, yang dapat memperbesar gambar leher rahim. Dokter akan memeriksa leher rahim dan memeriksa adanya perubahan sel yang abnormal. Jika ada perubahan yang mencurigakan, dokter akan mengambil sampel jaringan untuk diperiksa lebih lanjut. - Biopsi
Yaitu prosedur di mana dokter mengambil sampel jaringan dari leher rahim untuk diperiksa di laboratorium. Biopsi dilakukan jika ada perubahan sel yang mencurigakan pada tes pap smear atau kolposkopi. Jenis biopsi yang dilakukan tergantung pada area leher rahim yang terkena dan seberapa dalam jaringan yang harus diambil.
Selain pemeriksaan rutin dan menghindari faktor-faktor risiko seperti yang sudah disebutkan di awal, mendapatkan vaksinasi HPV juga dapat membantu mencegah terjadinya kanker serviks.
Bagi Anda yang memiliki gejala atau faktor risiko terkena kanker serviks, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan atau onkologi ginekologi. Sebagai salah satu rumah sakit onkologi terbaik di Surabaya, Adi Husada Cancer Center menyediakan pelayanan konsultasi, deteksi dini, dan pengobatan dengan menggunakan teknologi dan peralatan terkini, serta didukung oleh tim dokter spesialis yang berpengalaman dan terlatih.
Jangan menunda-nunda pemeriksaan dan konsultasi, karena deteksi dini dan penanganan awal dapat meningkatkan potensi kesembuhan. Hubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau melalui email ke info@ahcc.co.id untuk informasi lebih lanjut atau untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis kami.
19 April 2023 | Artikel
Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada wanita. Di Indonesia sendiri, dikutip dari Katadata, berdasarkan catatan Globocan (WHO) pada tahun 2020 lalu ada 213.546 kasus kanker yang menyerang wanita. Dengan 65.858 kasus di antaranya disumbang oleh kanker payudara. Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi risiko terkena kanker payudara, termasuk faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Berikut adalah artikel yang membahas faktor risiko kanker payudara yang tidak dapat diubah.
Usia
Usia adalah faktor risiko yang paling signifikan untuk kanker payudara. Risiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Lebih dari 80 persen kasus kanker payudara terjadi pada wanita yang berusia di atas 50 tahun.
Jenis Kelamin
Wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan pria. Hal ini disebabkan oleh adanya hormon estrogen pada tubuh wanita yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker payudara.
Riwayat Keluarga
Jika ada anggota keluarga yang pernah terkena kanker payudara, maka risiko terkena kanker payudara pada individu lain dalam keluarga akan meningkat. Risiko semakin tinggi jika keluarga memiliki riwayat kanker payudara pada usia muda dan kanker pada kedua payudara.
Genetik
Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 meningkatkan risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium. Mutasi gen ini diwariskan dari orangtua ke anak dan dapat ditemukan pada individu dari keluarga dengan riwayat kanker payudara atau ovarium.
Meskipun faktor risiko ini tidak dapat diubah, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain menjaga berat badan yang sehat, mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, berolahraga secara teratur, tidak merokok atau mengonsumsi alkohol secara berlebihan, dan melakukan pemeriksaan payudara secara teratur. Perempuan juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan menjalani mamografi secara rutin setelah usia 50 tahun atau lebih awal jika ada riwayat keluarga atau faktor risiko kanker payudara lainnya.
Selain itu, perempuan yang memiliki faktor risiko kanker payudara yang lebih tinggi, seperti riwayat keluarga atau mutasi genetik, dapat mempertimbangkan pemeriksaan kanker payudara lebih sering atau melakukan terapi pencegahan dengan menggunakan obat-obatan atau operasi pengangkatan.
Menjaga gaya hidup yang sehat dan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang dianjurkan dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara, bahkan jika kita memiliki faktor risiko yang tidak dapat diubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan kesehatan kita dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Adi Husada Cancer Center (AHCC) Surabaya adalah pusat penanganan kanker terintegrasi pertama di Indonesia Timur. Dengan menggunakan teknologi medis terkini dan metode pengobatan yang canggih, AHCC mampu memberikan penanganan kanker payudara yang terbaik dan terpercaya.
AHCC Surabaya menawarkan berbagai layanan, termasuk pemeriksaan kanker payudara, diagnosis, pengobatan, dan perawatan pascaterapi. Tim medis terlatih dan berpengalaman di AHCC Surabaya menggunakan teknologi canggih seperti mammografi digital, USG, MRI, biopsi, dan teknologi medis lainnya untuk mendiagnosis dan mengobati kanker payudara.
Jika Anda memiliki faktor risiko kanker payudara yang tinggi atau ingin memeriksakan diri, jangan ragu untuk mengunjungi AHCC Surabaya. Anda akan diperiksa oleh tim medis yang terlatih dan berpengalaman untuk memberikan perawatan dan pengobatan terbaik. Dengan melakukan pemeriksaan kanker payudara secara rutin, Anda dapat mengetahui kondisi kesehatan payudara dengan lebih cepat dan mengurangi risiko terkena kanker payudara.
Untuk informasi lebih lanjut tentang pemeriksaan kanker payudara dan layanan lain yang ditawarkan di AHCC Surabaya, Anda dapat menghubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau melalui email ke info@ahcc.co.id. Jangan tunda lagi, jaga kesehatan payudara Anda dengan melakukan pemeriksaan secara rutin di AHCC Surabaya!
17 April 2023 | Artikel
Kanker serviks merupakan satu dari jenis kanker yang wajib diwaspadai oleh perempuan. Pasalnya, selain hanya menyerang kaum perempuan, prevalensi kasus dan jumlah kematian yang diakibatkan oleh kanker satu ini terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan data WHO terdapat sekitar 570 ribu kasus baru dengan 311 ribu di antaranya berujung pada kematian akibat kanker serviks setiap tahunnya.
Baca Juga: Pemeriksaan Kanker Serviks Aman dan Nyaman Berstandar Internasional
Sebenarnya Apa Sih Kanker Serviks Itu?
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis kanker yang terjadi pada sel-sel leher rahim atau serviks. Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang membentuk leher sempit yang membuka ke vagina. Kanker serviks terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh dan berkembang di leher rahim, yang dapat menyebar ke organ lain dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan serius.
Kanker serviks biasanya disebabkan oleh infeksi virus human papillomavirus (HPV), yang menyebar melalui hubungan seksual. Faktor risiko lainnya termasuk merokok, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, memiliki banyak pasangan seksual, serta riwayat keluarga dengan kanker serviks.
Seperti Apa Ciri-Cirinya?
Gejala awal bisa jadi tidak terlihat atau dirasakan pasien. Namun ada beberapa tanda yang patut diwaspadai, di antaranya adalah:
- Terjadi perdarahan setelah berhubungan seksual
- Timbul perdarahan di luar jadwal menstruasi atau setelah menopause
- Hubungan seksual terasa nyeri
- Nyeri panggul yang tidak kunjung sembuh
- Terjadi keputihan yang tidak biasa, berbau, atau berwarna tidak normal
- Sakit saat buang air kecil/besar
- Berat badan turun drastis tanpa diketahui penyebabnya
- Lelah berkelanjutan
Permasalahan selanjutnya adalah, ketika muncul gejala seperti disebutkan di atas, itu juga bisa menjadi tanda bahwa sel kanker sudah menyebar ke jaringan di sekitar leher rahim atau artinya sudah memasuki stadium yang lebih lanjut. Oleh karena itu, pemeriksaan dini berperan penting pada proses pencegahan dan pengobatan kanker ini.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Lancet pada tahun 2019 menyebutkan bahwa rutin melakukan pap-smear dan tes HPV dapat mencegah terjadinya kanker serviks, khususnya bagi wanita muda. Masih dari studi yang sama, dijelaskan bahwa mereka yang melakukan pap-smear setiap 3 tahun sekali dan tes HPV setiap 5 tahun sekali memiliki risiko lebih rendah terkena kanker serviks.
Pengobatan Kanker di AHCC
Pengobatan untuk kanker serviks sendiri tergantung pada tahap atau stadiumnya. Pada tahap awal, pengobatan dapat dilakukan dengan cara pembedahan atau radiasi. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sel kanker yang terdapat pada leher rahim. Sedangkan radiasi dilakukan dengan tujuan menghancurkan sel-sel kanker yang tersisa setelah pembedahan atau untuk mengurangi ukuran tumor sebelum pembedahan dilakukan.
Sementara pada tahap atau stadium lanjut, pengobatannya melibatkan kombinasi dari beberapa metode seperti radiasi, kemoterapi, dan pembedahan. Sebagai salah satu rumah sakit onkologi terbaik di Surabaya, Adi Husada Cancer Center memiliki para dokter spesialis onkologi yang bekerja sama dengan tim multidisiplin untuk menentukan strategi pengobatan terbaik bagi setiap pasien.
Selain itu, dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien, Adi Husada Cancer Center juga memiliki program konseling dan dukungan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakitnya. Pasien juga dapat mengakses berbagai fasilitas pendukung seperti ruang tunggu yang nyaman, akses internet gratis, dan layanan makanan yang berkualitas.
Adi Husada Cancer Center Surabaya merupakan pusat penanganan kanker terintegrasi pertama di Indonesia timur. Kami siap mendampingi Anda melalui setiap tahapan pengobatan dengan pendekatan yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien. Hubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau melalui email ke info@ahcc.co.id untuk informasi selengkapnya.
12 April 2023 | Artikel
Kanker adalah salah satu penyakit mematikan yang menyerang manusia. Berdasarkan data WHO yang dikutip dari Data Indonesia, pada 2021 lalu tercatat ada 10 juta kematian akibat kanker. Angka ini meningkat 0,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun penyebabnya bisa bervariasi, ada beberapa faktor gaya hidup yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker, termasuk pola makan yang tidak sehat. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien kanker untuk menghindari beberapa jenis makanan tertentu agar bisa membantu mempercepat pemulihan mereka.
Berikut adalah 5 makanan yang sebaiknya dihindari oleh pasien kanker:
- Alkohol
Alkohol adalah zat yang sangat berbahaya bagi tubuh, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Selain meningkatkan risiko terkena beberapa jenis kanker, seperti kanker hati dan kanker payudara, alkohol juga bisa merusak sistem kekebalan tubuh yang sangat dibutuhkan oleh pasien untuk melawan penyakit mereka. - Lemak Jenuh
Lemak jenuh adalah jenis lemak yang biasanya ditemukan pada makanan seperti daging merah, mentega, keju, dan gorengan. Konsumsi lemak jenuh dalam jumlah yang berlebihan bisa meningkatkan risiko terkena kanker usus dan payudara. Oleh karena itu, pasien kanker sebaiknya menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan memilih makanan yang lebih sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan sumber protein tanpa lemak seperti ikan. - Ikan Asin
Ikan asin adalah jenis makanan yang terbuat dari ikan yang dikeringkan dan diasinkan. Konsumsi ikan asin dalam jumlah yang berlebihan bisa meningkatkan risiko terkena kanker lambung dan esofagus. Selain itu, ikan asin juga mengandung natrium yang tinggi, yang bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Pasien kanker sebaiknya menghindari ikan asin dan memilih sumber protein yang lebih sehat seperti ikan segar, ayam tanpa kulit, atau tahu. - Daging Mentah dan Olahan
Daging mentah seperti daging sapi atau babi bisa mengandung bakteri dan virus yang bisa menyebabkan infeksi dan berbagai penyakit. Sedangkan daging olahan seperti sosis, bacon, atau ham mengandung bahan kimia seperti pengawet dan pewarna yang bisa meningkatkan risiko terkena kanker usus. Pasien kanker sebaiknya menghindari daging mentah dan olahan, dan memilih sumber protein yang lebih sehat seperti ikan atau sayuran yang kaya protein seperti kacang-kacangan. - Sayuran Mentah
Sayuran mentah seperti kol, brokoli, dan kubis mengandung senyawa yang disebut glukosinolat yang bisa membantu melawan kanker. Namun, sayuran mentah juga mengandung serat yang tinggi yang sulit dicerna dan bisa menyebabkan masalah pencernaan pada pasien kanker. Oleh karena itu, pasien sebaiknya memilih sayuran yang sudah dimasak dengan cara direbus atau ditumis untuk memudahkan pencernaan.
Ingatlah bahwa menjaga pola makan yang sehat dan memilih makanan yang tepat dapat membantu dalam perjuangan melawan kanker. Jika Anda atau orang terdekat Anda sedang berjuang melawan kanker, penting untuk berkonsultasi dengan dokter dan ahli gizi untuk mendapatkan perawatan dan saran yang tepat. Adi Husada Cancer Center adalah salah satu pusat perawatan kanker yang terkenal dan terpercaya di Indonesia, dengan tim medis dan ahli gizi yang berkualitas dan berpengalaman. Jangan ragu untuk menghubungi Adi Husada Cancer Center untuk konsultasi dan perawatan yang terbaik. Hubungi kami kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau melalui email ke info@ahcc.co.id