Adi Husada Cancer Center

Kanker Yang Sering di Derita Pada Anak

Kanker pada anak merupakan salah satu tantangan kesehatan global yang memerlukan perhatian dan penanganan serius. Meskipun angka kejadiannya relatif lebih rendah dibandingkan kanker pada orang dewasa, dampaknya bagi anak, keluarga, dan masyarakat sangatlah signifikan. Meningkatkan kesadaran akan kanker pada anak, mengenali gejala awalnya, dan memastikan penanganan sedini mungkin adalah kunci utama untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan kualitas hidup pasien.

Secara global, data menunjukkan adanya peningkatan insidensi kanker pada anak, dengan perkiraan lebih dari 413.000 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, situasi kanker pada anak juga menuntut perhatian khusus, dengan estimasi sekitar 11.000 hingga 13.000 kasus baru setiap tahunnya. Penting untuk dipahami bahwa kanker pada anak memiliki karakteristik yang seringkali berbeda dengan kanker pada orang dewasa, baik dari segi jenis kanker yang umum, kemungkinan penyebabnya, respons terhadap pengobatan, maupun perjalanan penyakitnya secara keseluruhan.

Jenis-Jenis Kanker yang Sering Terjadi pada Anak

Kanker pada anak mencakup berbagai jenis penyakit, masing-masing dengan karakteristik unik. Berikut adalah beberapa jenis yang lebih sering terjadi:

  1. Leukemia (Kanker Darah):
    • Deskripsi: Leukemia adalah kanker darah yang terjadi ketika sumsum tulang menghasilkan sel darah putih abnormal (sel leukemia) dalam jumlah banyak. Sel-sel abnormal ini memenuhi sumsum tulang dan dapat menyebar ke aliran darah serta organ lain. Leukemia adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Penyebab pasti seringkali tidak diketahui. Namun, terjadi akibat mutasi genetik pada sel-sel sumsum tulang. Beberapa faktor risiko meliputi masalah sistem kekebalan tubuh, infeksi HIV, atau pernah menjalani kemoterapi atau radiasi. Umumnya dapat terjadi pada berbagai usia anak, tetapi LLA lebih sering pada anak usia 3-4 tahun.
    • Jenis Utama: Leukemia Limfoblastik Akut (LLA atau ALL) adalah yang tersering, menyerang sel limfosit. Leukemia Mieloid Akut (LMA atau AML) menyerang sel mieloid. Keduanya berkembang cepat.
    • Gejala Khas: Pucat, kelelahan, demam tanpa sebab, mudah memar atau perdarahan (mimisan, gusi berdarah), nyeri tulang atau sendi, pembengkakan kelenjar getah bening, perut bengkak.
    • Pengobatan Utama: Kemoterapi intensif, kadang radioterapi, terapi target, dan transplantasi sel punca.
  2. Kanker Otak dan Sistem Saraf Pusat (SSP):
    • Deskripsi: Kanker otak adalah tumor ganas yang tumbuh di otak atau jaringan sekitarnya. Pada anak-anak, jenis tumor otak dan lokasinya bisa bervariasi. Penyebab pasti seringkali tidak diketahui. Beberapa kasus terkait dengan sindrom genetik bawaan.
    • Jenis Utama: Glioma (derajat rendah/tinggi), Medulloblastoma (sering di otak kecil), Ependimoma (dari sel pelapis ventrikel). Klasifikasi molekuler semakin penting.
    • Gejala Khas: Sakit kepala persisten (terutama pagi hari/membangunkan tidur), mual dan muntah tanpa sebab, masalah penglihatan, pusing, kehilangan keseimbangan, kejang, perubahan perilaku.
    • Pengobatan Utama: Operasi pengangkatan tumor, radioterapi (teknik modern seperti IMRT atau terapi proton lebih diutamakan), kemoterapi, terapi target.
  3. Limfoma (Kanker Kelenjar Getah Bening):
    • Deskripsi: Limfoma adalah kanker yang berasal dari sistem limfatik, yaitu bagian dari sistem kekebalan tubuh yang meliputi kelenjar getah bening, limpa, timus, dan sumsum tulang. Pada limfoma, sel-sel limfosit (sejenis sel darah putih) tumbuh tidak terkendali dan membentuk tumor. Umum kanker ini dapat terjadi pada berbagai usia anak. Penyebab pasti seringkali tidak diketahui. Beberapa faktor risiko meliputi gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya HIV), penggunaan obat imunosupresan, atau pernah menjalani radiasi atau kemoterapi.
    • Jenis Utama: Limfoma Hodgkin (LH), lebih sering pada remaja, prognosis sangat baik. Limfoma Non-Hodgkin (LNH), lebih heterogen dan sering pada anak lebih muda, subtipe umum meliputi Limfoma Burkitt, Limfoma Limfoblastik.
    • Gejala Khas: Pembengkakan kelenjar getah bening tanpa nyeri (leher, ketiak, selangkangan), demam malam hari, keringat malam berlebih, penurunan berat badan, batuk atau sesak napas (jika di dada).
    • Pengobatan Utama: Kemoterapi, kadang radioterapi, terapi target (misalnya Rituximab, Brentuximab Vedotin), imunoterapi.
  4. Neuroblastoma:
    • Deskripsi: Neuroblastoma adalah jenis kanker yang berasal dari sel-sel saraf yang belum matang (neuroblast). Tumor ini paling sering dimulai pada kelenjar adrenal (di atas ginjal), tetapi dapat juga berkembang di area lain seperti leher, dada, perut, atau tulang belakang. Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga melibatkan mutasi genetik pada neuroblast. Kanker ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.
    • Gejala Khas: Benjolan di perut, leher, atau dada; nyeri tulang; demam; mata menonjol atau lingkaran gelap sekitar mata (“mata rakun”).
    • Pengobatan Utama: Operasi, kemoterapi, radioterapi, transplantasi sel punca autologus dosis tinggi, terapi diferensiasi (asam retinoat), imunoterapi (antibodi anti-GD2).
  5. Retinoblastoma (Kanker Mata):
    • Deskripsi: Retinoblastoma adalah kanker mata yang langka dan berkembang dengan cepat dari sel-sel retina (lapisan peka cahaya di belakang mata). Ini adalah jenis kanker mata primer yang paling umum pada anak-anak. Sebagian besar kasus didiagnosis pada anak-anak di bawah usia 3 tahun. Kanker ini disebabkan oleh mutasi genetik pada gen RB1. Sekitar 40% kasus bersifat heriditer (diturunkan), dan sisanya terjadi secara sporadis.
    • Gejala Khas: Leukokoria (“mata kucing” saat kena cahaya/difoto), mata juling (strabismus), mata merah, gangguan penglihatan.
    • Pengobatan Utama: Kemoterapi (sistemik, intra-arteri, intravitreal), terapi fokal (laser, krioterapi), radioterapi plak, enukleasi (pengangkatan mata) jika tumor besar.
  6. Tumor Wilms (Nefroblastoma/Kanker Ginjal):
    • Deskripsi: Tumor Wilms atau nefroblastoma, adalah jenis kanker ginjal yang langka dan terutama menyerang anak-anak. Ini adalah kanker ginjal yang paling umum pada anak-anak. Sebagian besar kasus terjadi secara sporadis akibat mutasi genetik yang terjadi setelah kelahiran. Namun, pada beberapa kasus, faktor genetik atau sindrom bawaan tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor Wilms. Kanker ini paling sering terjadi pada anak-anak antara usia 3 dan 4 tahun, dan jarang terjadi setelah usia 5 tahun.
    • Gejala Khas: Benjolan atau pembengkakan di perut (biasanya tidak nyeri), darah dalam urine (hematuria), demam, tekanan darah tinggi.
    • Pengobatan Utama: Operasi pengangkatan ginjal (nefrektomi), kemoterapi (sebelum/sesudah operasi), kadang radioterapi.
  7. Kanker Tulang (Osteosarkoma dan Ewing Sarkoma):
    • Deskripsi: Osteosarkoma (paling sering, di area pertumbuhan cepat seperti lutut/bahu) dan Ewing Sarkoma (bisa di tulang mana saja atau jaringan lunak). Lebih sering pada remaja.
    • Gejala Khas: Nyeri tulang (memburuk malam hari/aktivitas), pembengkakan, keterbatasan gerak sendi, patah tulang tanpa cedera berat.
    • Pengobatan Utama: Kemoterapi, operasi (limb-salvage atau amputasi untuk osteosarkoma), radioterapi (terutama Ewing Sarkoma).
  8. Rabdomiosarkoma (RMS):
    • Deskripsi: Sarkoma jaringan lunak paling umum, berasal dari sel yang seharusnya jadi otot lurik. Bisa timbul di hampir semua bagian tubuh.
    • Gejala Khas: Sangat tergantung lokasi (benjolan, hidung tersumbat, darah dalam urin, dll.).
    • Pengobatan Utama: Kombinasi kemoterapi, operasi, dan radioterapi.
Informasi Kanker pada Anak

Distribusi Jenis Kanker Anak di Indonesia (Estimasi)

Estimasi persentase jenis kanker yang umum terjadi pada anak di Indonesia.

Gejala Umum Kanker pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Meskipun gejala bisa bervariasi, orang tua perlu waspada jika anak mengalami satu atau lebih gejala berikut yang menetap, tidak membaik, atau semakin memburuk:

  • Pucat, memar atau perdarahan yang tidak biasa, kelelahan yang tidak dapat dijelaskan.
  • Adanya benjolan atau pembengkakan yang tidak biasa di bagian tubuh manapun.
  • Nyeri yang menetap pada tulang, sendi, punggung, atau perut.
  • Demam atau sakit yang tidak kunjung sembuh, sering tanpa infeksi yang jelas.
  • Adanya perubahan penglihatan yang tiba-tiba (kabur, ganda, juling mendadak, munculnya “mata kucing”/leukokoria).
  • Sakit kepala yang sering dan tidak biasa, terutama jika terjadi di pagi hari, membangunkan anak dari tidur, atau disertai muntah.
  • Penurunan berat badan yang signifikan tanpa sebab yang jelas, atau kehilangan nafsu makan.
  • Perubahan perilaku, suasana hati, atau penurunan prestasi sekolah yang drastis.
  • Kejang tanpa riwayat demam sebelumnya.
  • Kesulitan berjalan atau gangguan keseimbangan.

Penyebab dan Faktor Risiko Kanker pada Anak

Penyebab pasti sebagian besar kasus kanker pada anak seringkali tidak diketahui. Berbeda dengan banyak kanker pada orang dewasa yang terkait faktor gaya hidup dan paparan lingkungan jangka panjang, faktor-faktor tersebut jarang memainkan peran signifikan pada anak. Sebaliknya, perubahan atau mutasi genetik, baik yang diwariskan (germline) maupun yang terjadi secara spontan pada sel tubuh (somatik), diduga lebih berperan.
Beberapa faktor yang diketahui atau diteliti:

  • Faktor Genetik dan Sindrom Bawaan: Sekitar 5-10% kasus terkait sindrom kanker herediter (misalnya Sindrom Li-Fraumeni, Neurofibromatosis tipe 1, Sindrom Down yang meningkatkan risiko leukemia). Mutasi gen spesifik seperti RB1 pada retinoblastoma.
  • Paparan Radiasi Dosis Tinggi: Radiasi pengion dari pengobatan sebelumnya atau sumber lain.
  • Riwayat Kemoterapi Sebelumnya: Risiko kanker sekunder.
  • Paparan Zat Kimia dan Asap Rokok Pasif: Masih diteliti untuk beberapa zat kimia; paparan asap rokok pasif dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa kanker.
  • Infeksi: Virus Epstein-Barr (EBV) dikaitkan dengan beberapa jenis limfoma. HIV dapat melemahkan sistem imun.
  • Faktor Perinatal: Usia orang tua saat kelahiran, berat lahir (tinggi atau sangat rendah) telah dikaitkan dengan sedikit perubahan risiko untuk jenis kanker tertentu.

Diagnosis Kanker pada Anak: Langkah dan Metode Penting

Penegakan diagnosis kanker pada anak adalah proses kompleks namun krusial. Keterlambatan diagnosis, yang sayangnya masih menjadi tantangan di Indonesia, dapat berdampak buruk. Proses diagnostik meliputi:

  • Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik: Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan lengkap, gejala, riwayat keluarga, dan melakukan pemeriksaan fisik.
  • Tes Laboratorium: Tes darah lengkap (hitung sel darah, apusan darah tepi untuk leukemia) dan tes kimia darah (fungsi organ, penanda tumor).
  • Biopsi: Pengambilan sampel kecil dari jaringan tumor untuk diperiksa di bawah mikroskop oleh ahli patologi anatomi. Ini adalah standar emas untuk memastikan diagnosis kanker.
  • Pemeriksaan Sumsum Tulang: Aspirasi dan biopsi sumsum tulang penting untuk diagnosis leukemia, limfoma, dan melihat penyebaran kanker lain.
  • Pungsi Lumbal (Spinal Tap): Pengambilan sampel cairan serebrospinal untuk memeriksa penyebaran sel kanker ke sistem saraf pusat.
  • Pencitraan (Imaging):
    • Ultrasonografi (USG): Pemeriksaan awal benjolan.
    • Sinar-X (Rontgen): Melihat tulang atau paru-paru.
    • Computed Tomography (CT) Scan: Gambaran detail potongan melintang tubuh.
    • Magnetic Resonance Imaging (MRI): Gambaran sangat detail otak, sumsum tulang belakang, jaringan lunak.
    • Positron Emission Tomography (PET) Scan: Mendeteksi aktivitas metabolik sel kanker, sering dikombinasikan dengan CT (PET-CT) untuk staging dan evaluasi respons.
  • Tes Genetik dan Molekuler Tumor: Mengidentifikasi perubahan genetik spesifik, mutasi, atau penanda molekuler pada sel kanker. Ini semakin penting untuk klasifikasi, prognosis, dan pemilihan terapi target.

Proses ini idealnya dilakukan oleh tim onkologi pediatrik, patologi pediatrik, dan radiologi pediatrik di pusat kanker anak.

Pengobatan Kanker pada Anak: Pendekatan Multimodal dan Terkini

Pengobatan kanker anak bertujuan untuk kesembuhan sambil meminimalkan efek samping. Pendekatan bersifat individual dan multimodal, dilakukan oleh tim multidisiplin (onkologi hematologi anak, bedah anak, radioterapi, dll.).

  • Modalitas Standar:
    • Operasi/Pembedahan: Pilihan utama mengangkat tumor padat, bertujuan reseksi total jika memungkinkan.
    • Kemoterapi: Obat sitotoksik untuk membunuh sel kanker, diberikan oral, intravena, atau intratekal. Merupakan tulang punggung pengobatan banyak kanker anak.
    • Radioterapi (Terapi Radiasi): Sinar berenergi tinggi untuk merusak DNA sel kanker. Teknik modern seperti Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT) dan Terapi Proton lebih presisi dan mengurangi paparan jaringan sehat, penting pada anak. Dihindari atau ditunda pada anak sangat muda jika memungkinkan.
    • Transplantasi Sel Punca (Hematopoietic Stem Cell Transplantation/HSCT): Menggantikan sumsum tulang yang rusak dengan sel punca sehat (autologus/pasien sendiri, atau alogenik/donor). Untuk leukemia risiko tinggi, beberapa limfoma, neuroblastoma risiko tinggi.
  • Terapi Baru dan Inovatif:
    • Terapi Target (Targeted Therapy): Obat yang menyerang molekul spesifik (gen/protein) pada sel kanker. Contoh: Imatinib untuk LLA Ph+, inhibitor BRAF/MEK untuk glioma dengan mutasi BRAF V600E.
    • Imunoterapi: Merangsang sistem imun pasien melawan kanker.
      • Antibodi Monoklonal & ADC: Protein buatan yang mengikat target di sel kanker (misalnya Rituximab, Dinutuximab, Brentuximab Vedotin). Antibody-Drug Conjugates (ADC) membawa toksin langsung ke sel kanker (misalnya Gemtuzumab Ozogamicin).
      • Terapi Sel CAR T (Chimeric Antigen Receptor T-cell): Rekayasa sel T pasien untuk mengenali dan membunuh sel kanker (misalnya Tisagenlecleucel untuk LLA sel B).
      • Inhibitor Titik Periksa Imun (Immune Checkpoint Inhibitors): Melepas “rem” sistem imun (misalnya Pembrolizumab). Lebih efektif pada jenis kanker anak tertentu seperti Limfoma Hodgkin.
      • Antibodi Bispesifik: Menghubungkan sel T dengan sel kanker (misalnya Blinatumomab untuk LLA).
    • Tumor-Treating Fields (TTFields): Medan listrik untuk mengganggu pembelahan sel tumor, diteliti untuk tumor otak anak.

Tabel: Pilihan Pengobatan Utama Kanker pada Anak dan Perkembangan Terkini

Modalitas PengobatanDeskripsi SingkatContoh Aplikasi pada Jenis Kanker AnakCatatan/Perkembangan Terkini
Operasi/PembedahanPengangkatan fisik tumor padat.Tumor Otak, Neuroblastoma, Tumor Wilms, Sarkoma (Tulang & Jaringan Lunak), Retinoblastoma (Enukleasi).Teknik minimal invasif, pemetaan intraoperatif untuk keamanan maksimal. Biopsi adalah langkah awal.
KemoterapiPenggunaan obat untuk membunuh sel kanker.Leukemia (dasar pengobatan), Limfoma, Neuroblastoma, Tumor Wilms, Sarkoma, Retinoblastoma.Regimen spesifik per jenis kanker, kombinasi obat, terapi dosis tinggi, pengembangan obat baru dengan toksisitas lebih rendah.
Radioterapi (Terapi Radiasi)Penggunaan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.Tumor Otak (Medulloblastoma, Ependimoma, Glioma), Limfoma Hodgkin, Ewing Sarkoma, Rabdomiosarkoma, persiapan HSCT.Teknik presisi (IMRT, Terapi Proton) untuk mengurangi efek samping pada anak. Dihindari/ditunda pada anak sangat muda.
Transplantasi Sel Punca (HSCT)Mengganti sumsum tulang dengan sel punca sehat setelah terapi dosis tinggi.Leukemia risiko tinggi/relaps, Neuroblastoma risiko tinggi, beberapa Limfoma.Peningkatan teknik pencocokan donor, manajemen komplikasi (GVHD).
Terapi TargetObat yang menargetkan molekul spesifik pada sel kanker.LLA Ph+ (Imatinib), LMA FLT3+ (Gilteritinib), Neuroblastoma ALK+ (Crizotinib), Glioma BRAF V600E+ (Dabrafenib+Trametinib), LMA BCL2+ (Venetoclax).Memerlukan profil molekuler tumor. Banyak target baru sedang diteliti.
Imunoterapi: Antibodi Monoklonal & ADCProtein yang mengikat target di sel kanker; ADC membawa toksin.Limfoma B-sel (Rituximab), Neuroblastoma (Dinutuximab), LH/ALCL CD30+ (Brentuximab Vedotin), LMA CD33+ (Gemtuzumab Ozogamicin).Pengembangan antibodi baru dan ADC dengan target dan payload yang lebih baik.
Imunoterapi: CAR T-cell TherapyRekayasa sel T pasien untuk menyerang sel kanker.LLA Sel B relaps/refrakter (Tisagenlecleucel). Uji klinis untuk LNH, LMA.Sangat efektif untuk LLA. Tantangan: toksisitas (CRS, neurotoksisitas), antigen escape, efikasi pada tumor padat.
Imunoterapi: Checkpoint InhibitorsMelepas “rem” sistem imun untuk menyerang kanker.Limfoma Hodgkin, tumor dengan defisiensi mismatch repair (bMMRD).Kurang efektif pada mayoritas kanker anak dibandingkan dewasa. Kombinasi dengan terapi lain sedang diteliti.
Imunoterapi: Antibodi BispesifikMenghubungkan sel T dengan sel kanker.LLA Sel B (Blinatumomab).Menunjukkan efikasi pada leukemia.
Tumor-Treating Fields (TTFields)Medan listrik bolak-balik untuk mengganggu pembelahan sel tumor.Glioblastoma dewasa. Uji klinis untuk tumor otak anak.Terapi non-invasif, potensi untuk dikombinasikan dengan terapi lain.

Harapan Hidup (Prognosis) dan Tingkat Kesintasan Kanker pada Anak

Prognosis telah membaik signifikan. Di negara maju, tingkat kesintasan 5 tahun untuk semua jenis kanker anak gabungan kini sekitar 85%. Faktor yang memengaruhi prognosis meliputi jenis kanker dan subtipe molekulernya, stadium saat diagnosis, usia anak, lokasi tumor, respons terhadap terapi awal, dan ketersediaan perawatan berkualitas.

Sayangnya, di Indonesia, angka kesintasan 5 tahun dilaporkan jauh lebih rendah (bervariasi 24%-49,5%). Kesenjangan ini mencerminkan disparitas akses diagnosis dini, terapi modern, dan perawatan suportif. WHO melalui Global Initiative for Childhood Cancer (GICC) menargetkan kesintasan minimal 60% pada tahun 2030 di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Kehidupan Setelah Kanker: Memahami Efek Jangka Panjang (Late Effects) Pengobatan

Kesembuhan adalah pencapaian luar biasa, namun banyak penyintas kanker anak menghadapi efek jangka panjang, yaitu masalah kesehatan yang muncul berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengobatan selesai. Diperkirakan dua dari tiga penyintas akan mengalami setidaknya satu efek jangka panjang.

  • Jenis Efek Jangka Panjang Umum:
    • Masalah pertumbuhan dan perkembangan (perawakan pendek, pubertas abnormal).
    • Gangguan belajar dan kognitif (masalah memori, konsentrasi).
    • Kerusakan organ: Jantung (kardiomiopati), paru-paru (fibrosis), ginjal, hati.
    • Gangguan pendengaran atau penglihatan.
    • Masalah endokrin/hormonal (hipotiroidisme, diabetes).
    • Masalah kesuburan atau infertilitas.
    • Risiko kanker kedua.
    • Masalah gigi dan mulut.
    • Masalah psikososial (kecemasan, depresi, PTSD).
    • Masalah nutrisi dan metabolik (obesitas, sindrom metabolik).

Pemantauan kesehatan jangka panjang yang teratur dan komprehensif (survivorship care) sangat penting untuk deteksi dini dan manajemen efek ini.

Dukungan Psikososial dan Perawatan Paliatif untuk Anak dengan Kanker dan Keluarganya

Diagnosis kanker berdampak luar biasa pada kondisi psikologis, sosial, dan emosional anak serta seluruh keluarga. Anak mungkin mengalami kecemasan, ketakutan, marah, kesedihan, masalah citra tubuh, dan isolasi sosial. Orang tua sering mengalami stres berat, kecemasan, dan kelelahan.

  • Dukungan Psikososial: Konseling, terapi bermain, terapi seni, dan dukungan pendidikan membantu mengatasi trauma emosional dan gangguan perkembangan.
  • Perawatan Paliatif: Idealnya dimulai sejak diagnosis, bertujuan meningkatkan kualitas hidup dengan mengatasi gejala fisik kompleks, memberikan dukungan psikososial dan spiritual, serta membantu komunikasi dan pengambilan keputusan. Ini bukan hanya untuk tahap akhir kehidupan.
  • Dukungan Keluarga dan Komunitas: Keterlibatan keluarga, yayasan kanker anak, dan kelompok dukungan sangat berharga.

Upaya Penanggulangan Kanker Anak di Indonesia: Tantangan dan Strategi Nasional

Penanganan kanker anak di Indonesia menghadapi tantangan seperti keterlambatan diagnosis, akses terbatas ke layanan berkualitas (distribusi fasilitas dan tenaga ahli tidak merata, keterbatasan fasilitas canggih), pembiayaan kesehatan, dan sistem registrasi data yang perlu diperkuat.

Pemerintah Indonesia melalui “Rencana Kanker Nasional 2024-2034” berkomitmen meningkatkan upaya penanggulangan. Fokus awal adalah pada enam jenis kanker anak yang “sangat dapat diobati” (LLA, Retinoblastoma, Tumor Wilms, Limfoma Burkitt, Limfoma Hodgkin, Glioma Derajat Rendah). Strategi ini didasarkan pada enam pilar:

  1. Promosi Kesehatan dan Pencegahan Primer.
  2. Skrining dan Deteksi Dini.
  3. Peningkatan Akses Diagnostik, Tata Laksana Kanker, dan Pelayanan Paliatif.
  4. Penguatan Sistem Registrasi Kanker dan Penelitian.
  5. Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan.
  6. Tata Kelola dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program.

Kesimpulan: Deteksi Dini dan Penanganan Tepat adalah Kunci Harapan

Kanker pada anak adalah kenyataan berat, namun kemajuan medis terus memberikan harapan besar. Banyak jenis kanker anak dapat diobati dengan tingkat keberhasilan tinggi, terutama jika terdeteksi dini dan ditangani dengan protokol komprehensif oleh tim ahli di pusat kanker anak.

Mengenali gejala dini, segera mencari pertolongan medis, dukungan tanpa henti bagi anak, dan partisipasi dalam upaya peningkatan kesadaran serta fasilitas kanker anak adalah kontribusi penting. Kehidupan setelah kanker memerlukan pemantauan dan dukungan berkelanjutan untuk memastikan kualitas hidup optimal bagi para pejuang cilik.

Jika Anda menemukan gejala-gejala yang mencurigakan pada anak Anda, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak atau dokter spesialis anak konsultan hematologi onkologi untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.


Referensi

  1. Trends in childhood cancer: Incidence and survival analysis over 45 years of SEER data. (Untuk data global dan tren kesintasan)
  2. “CLOSING THE GAP” ANGKA KESINTASAN KANKER ANAK DI INDONESIA DAN NEGARA MAJU. (Untuk data spesifik Indonesia dan tantangan kesintasan)
  3. Cancer in Children: Symptoms and Treatment – Oona Insurance. (Untuk perspektif umum gejala dan jenis)
  4. www.iccp-portal.org – Rencana Kanker Nasional 2024-2034. (Untuk strategi dan upaya di Indonesia)
  5. Genetic and nongenetic risk factors for childhood cancer – PMC. (Untuk penyebab dan faktor risiko)
  6. Childhood Cancer | American Cancer Society. (Untuk data umum dan harapan hidup)
  7. Advances in the Diagnosis and Treatment of Pediatric Acute Leukemia. (Untuk perkembangan terapi, khususnya leukemia sebagai contoh)
  8. Treatment Modalities for Childhood Cancers – Childhood Cancer. (Untuk gambaran umum modalitas pengobatan)
  9. Late Effects of Treatment for Childhood Cancer – NCI. (Untuk efek jangka panjang)
  10. Jurnal Keperawatan. (Untuk dampak psikososial pada keluarga)