Pemanis buatan telah menjadi topik kontroversial dalam masyarakat modern. Salah satu klaim yang sering muncul adalah pemanis buatan menjadi penyebab kanker otak. Dalam artikel ini, kita akan membahas mitos dan fakta seputar hubungan antara pemanis buatan dan risiko kanker otak.
Apa Itu Kanker Otak?
Sebelum membahas hubungannya dengan kanker otak, ada baiknya kita mengetahui juga apa itu kanker otak. Kanker otak, atau dikenal juga dengan sebutan tumor otak, merujuk pada pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dan bersifat ganas di dalam jaringan otak. Kanker otak dapat terjadi pada otak itu sendiri (primer) atau dapat menyebar dari bagian tubuh lain (metastasis).
Otak sendiri merupakan organ yang kompleks dan mengendalikan berbagai fungsi tubuh. Kanker otak dapat terbentuk ketika sel-sel otak mengalami mutasi genetik yang menyebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali. Pertumbuhan tumor ini dapat menekan jaringan otak di sekitar dan menyebabkan gangguan fungsi normalnya.
Gejala Kanker Otak
Gejalanya sendiri dapat bervariasi tergantung pada ukuran, lokasi, dan jenis tumor. Beberapa gejala yang mungkin muncul termasuk:
- Sakit kepala persisten
- Kejang
- Perubahan perilaku/kepribadian
- Gangguan penglihatan
- Gangguan pendengaran
- Kesulitan bicara
- Kelemahan/stroke pada satu sisi tubuh
- Masalah keseimbangan
Pada beberapa kasus, sama halnya seperti jenis kanker lainnya, pasien baru akan menyadari adanya kanker ketika sel-sel kanker tersebut sudah berkembang. Alasannya karena gejala yang memang tidak disadari pada stadium awal.
Apakah Benar Pemanis Buatan Menyebabkan Kanker Otak?
Baru-baru ini, sebuah penelitian berjudul “Artificial Sweeteners and Cancer Risk: Results” dari The NutriNet-Sante yang dipublikasikan di PLoS Medicine (2022) menarik perhatian. Pasalnya hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi pemanis buatan dalam jumlah besar dan peningkatan risiko terkena kanker.
Penelitian ini sendiri dilakukan dengan mengamati populasi luas yang tergabung dalam NutriNet-Sante, sebuah studi kohort di Prancis. Data yang masuk dari ribuan partisipan dikumpulkan melalui kuesioner yang mencatat pola makan dan konsumsi pemanis buatan. Selama rentang waktu penelitian, peneliti mengamati jumlah kasus kanker yang terjadi pada partisipan dan menghubungkannya dengan pola konsumsi pemanis buatan.
Bagaimana Hasilnya?
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah besar, khususnya aspartam dan acesulfame-K, memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker dibandingkan mereka yang mengonsumsinya dalam jumlah lebih sedikit atau yang tidak mengonsumsinya sama sekali.
Namun, perlu dicatat bahwa penelitian ini bersifat observasional, yang artinya hubungan antara konsumsi pemanis buatan dan risiko kanker hanya bersifat korelasional dan tidak dapat disimpulkan sebagai hubungan sebab-akibat secara langsung.
Penting juga untuk mempertimbangkan faktor lain yang mempengaruhi risiko kanker, seperti faktor genetik, pola makan keseluruhan, gaya hidup, dan faktor lingkungan. Penelitian ini tidak dapat mengisolasi pemanis buatan sebagai satu-satunya faktor yang memengaruhi risiko kanker.
Untuk lebih akurat, jika Anda mengalami gejala-gejala kanker otak seperti yang disebutkan sebelumnya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga ahli kami di Adi Husada Cancer Center Surabaya. Sebagai salah satu rumah sakit onkologi terbaik di Indonesia timur, kami menghadirkan berbagai layanan yang dibutuhkan terkait kanker otak, mulai dari pemeriksaannya, perawatan, hingga layanan konseling selama perjuangan menghadapi kanker. Hubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau email ke info@ahcc.co.id untuk informasi selengkapnya.