Adi Husada Cancer Center

Radioterapi Kanker Payudara: Panduan Lengkap Pengobatan, Jenis, dan Efek Samping

Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling umum dijumpai, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi ketika sel-sel di jaringan payudara tumbuh secara tidak normal dan membentuk tumor ganas yang berpotensi menyebar ke bagian tubuh lain. Kabar baiknya, dengan kemajuan teknologi medis, penanganan kanker payudara kini semakin efektif, salah satunya melalui radioterapi.

Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai peran radioterapi dalam pengobatan kanker payudara, mulai dari cara kerjanya, jenis-jenis teknik yang digunakan, hingga efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.

Apa Itu Kanker Payudara?

Secara sederhana, kanker payudara adalah kondisi medis di mana sel-sel pada jaringan payudara tumbuh tak terkendali dan membentuk tumor ganas. Sel-sel kanker ini bisa menyusup dan merusak jaringan sehat di sekitarnya, bahkan menyebar ke kelenjar getah bening atau organ tubuh lain (metastasis). Karena sifatnya yang kompleks, penanganan kanker payudara memerlukan pendekatan yang menyeluruh, seringkali melibatkan kombinasi berbagai metode pengobatan.

Peran Radioterapi dalam Pengobatan Kanker Payudara

Radioterapi, atau sering disebut terapi radiasi atau terapi sinar, adalah salah satu pilar utama dalam pengobatan kanker payudara, selain pembedahan, kemoterapi, terapi hormonal, dan terapi target. Metode ini menggunakan sinar berenergi tinggi atau partikel radioaktif untuk menghancurkan sel-sel kanker.

Bagaimana Radioterapi Bekerja?

Prinsip dasar radioterapi adalah merusak materi genetik (DNA) di dalam sel kanker. Kerusakan DNA ini akan menghentikan kemampuan sel kanker untuk tumbuh, membelah diri, dan memperbaiki diri, yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel kanker. Meskipun sel sehat di sekitarnya juga bisa terkena radiasi, sel sehat umumnya memiliki kemampuan lebih baik untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Tujuan utama radioterapi adalah memaksimalkan dosis radiasi ke tumor sambil meminimalkan paparan pada jaringan sehat.

Tujuan Radioterapi Bisa Bermacam-macam:

Tergantung pada stadium kanker dan kondisi pasien, radioterapi dapat bertujuan untuk:

  1. Terapi Adjuvan (Setelah Operasi): Ini adalah penggunaan yang paling umum. Diberikan setelah pembedahan (baik mastektomi maupun bedah konservasi payudara/BCS) untuk menghilangkan sisa sel kanker mikroskopis dan mengurangi risiko kanker kambuh.
  2. Terapi Kuratif (Menyembuhkan): Sebagai bagian dari rencana pengobatan untuk penyembuhan total, seringkali dikombinasikan dengan terapi lain, terutama pada kanker stadium lanjut lokal.
  3. Terapi Paliatif (Meringankan Gejala): Untuk kanker stadium lanjut atau yang sudah menyebar (metastasis), radioterapi bertujuan meredakan gejala seperti nyeri hebat, mengurangi tekanan tumor, atau mengontrol perdarahan.
  4. Terapi Neoadjuvan (Sebelum Operasi): Kadang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan ukuran tumor, sehingga operasi bisa lebih mudah atau lebih konservatif.

Jenis-Jenis Teknik Radioterapi untuk Kanker Payudara

Teknologi radioterapi telah berkembang pesat, menghasilkan berbagai teknik canggih:

A. Radioterapi Eksterna (External Beam Radiotherapy – EBRT)

Sumber radiasi berasal dari mesin di luar tubuh pasien.

  • Radioterapi Konformal 3D (3D-CRT): Menggunakan CT scan untuk membuat peta 3D tumor. Sinar radiasi dibentuk mengikuti bentuk tumor, sehingga lebih fokus dan mengurangi paparan ke jaringan sehat dibandingkan teknik 2D.
  • Intensity-Modulated Radiotherapy (IMRT): Teknik lebih canggih dari 3D-CRT. Intensitas setiap berkas radiasi diatur secara dinamis, memungkinkan “melukis” dosis radiasi dengan sangat presisi, bahkan untuk tumor berbentuk kompleks atau dekat organ vital. Ini berpotensi mengurangi efek samping.
  • Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT): Pengembangan dari IMRT. Mesin berputar 360 derajat mengelilingi pasien sambil terus menerus mengubah bentuk dan intensitas sinar. Waktu terapi lebih singkat (5-10 menit) dengan presisi sangat tinggi. Teknik VMAT dapat mengurangi risiko kerusakan jantung hingga 30% pada kasus kanker payudara kiri.
  • IMRT Adaptif: Rencana radioterapi disesuaikan selama pengobatan berdasarkan perubahan ukuran atau bentuk tumor. Ini meningkatkan akurasi hingga 20% dibandingkan IMRT konvensional.
  • Stereotactic Body Radiation Therapy (SBRT/SABR): Mengirimkan dosis radiasi sangat tinggi dan tepat ke tumor dalam jumlah sesi yang jauh lebih sedikit (1-10 sesi). Sangat efektif untuk kasus tertentu seperti iradiasi payudara parsial, boost (dosis tambahan), atau pengobatan metastasis terbatas. Tingkat kontrol tumor tinggi (>80%) dengan efek samping berat rendah (<5%), cocok untuk pasien usia lanjut.

B. Brakiterapi (Radioterapi Internal)

Sumber radioaktif ditempatkan langsung di dalam atau sangat dekat dengan tumor.

  • Interstitial Multicatheter HDR-Brachytherapy untuk APBI: Setelah operasi pengangkatan tumor, beberapa kateter tipis dimasukkan sementara ke area bekas tumor. Sumber radioaktif (Iridium-192) dimasukkan melalui kateter untuk memberikan radiasi terfokus. Ini adalah salah satu bentuk Accelerated Partial Breast Irradiation (APBI), yaitu hanya mengobati sebagian payudara yang berisiko tinggi. Terbukti efektif untuk kasus kekambuhan lokal setelah BCS dan radioterapi sebelumnya.

C. Pertimbangan Khusus: Penggunaan Bolus

Bolus adalah material setara jaringan yang diletakkan di kulit. Tujuannya untuk meningkatkan dosis radiasi di permukaan kulit atau area dangkal, sering digunakan pascamastektomi untuk memastikan dinding dada yang tipis mendapat dosis yang cukup.

Tabel 1: Perbandingan Teknik Radioterapi Utama untuk Kanker Payudara

Nama TeknikPrinsip Kerja SingkatKeunggulan UtamaPotensi Keterbatasan/Pertimbangan
3D-CRTPembentukan berkas radiasi sesuai bentuk tumor 3D berdasarkan CT scan.Lebih konformal dari 2D, mengurangi dosis ke jaringan sehat.Kurang konformal dibandingkan IMRT/VMAT, terutama untuk target kompleks.
IMRTModulasi intensitas berkas radiasi untuk “melukis” dosis presisi.Sangat konformal, sparing organ berisiko (OAR) baik, potensi efek samping lebih rendah.Perencanaan lebih kompleks, waktu terapi bisa lebih lama dari 3D-CRT.
VMATMesin berputar 360° sambil memodulasi bentuk & intensitas sinar.Sangat presisi (akurasi ±1mm), waktu terapi singkat (5-10 menit), sparing OAR sangat baik.Membutuhkan teknologi canggih dan QA ketat.
IMRT AdaptifPenyesuaian rencana radioterapi berdasarkan perubahan anatomi selama terapi.Akurasi meningkat (±20% vs IMRT konvensional), personalisasi terapi dinamis.Membutuhkan pencitraan intra-terapi, sumber daya intensif.
SBRT (SABR)Dosis radiasi sangat tinggi dan presisi dalam 1-10 fraksi.Kontrol lokal sangat tinggi (>80%), toksisitas rendah, waktu terapi sangat singkat.Indikasi terbatas (APBI, boost, oligometastasis), presisi sangat tinggi.
HDR-Brakiterapi APBI (Interstitial)Sumber radioaktif dosis tinggi via kateter ke tumor bed.Dosis sangat terfokus, sparing jaringan sehat luas, efektif untuk re-iradiasi.Prosedur invasif, indikasi terbatas.

(Sumber: Diadaptasi dari berbagai sumber ilmiah terkait radioterapi)

Aplikasi Klinis dan Efektivitas Radioterapi

  • Radioterapi Pascamastektomi (PMRT): Untuk pasien dengan risiko tinggi kambuh setelah mastektomi (misalnya tumor besar, kelenjar getah bening positif). PMRT terbukti mengurangi kekambuhan lokal dan meningkatkan kelangsungan hidup bebas penyakit.
  • Radioterapi setelah Bedah Konservasi Payudara (BCS): Merupakan bagian penting dari terapi konservasi payudara (BCS + radioterapi). Hasil kelangsungan hidup setara mastektomi untuk kanker stadium awal. Radioterapi mengurangi risiko kekambuhan di payudara yang sama dari sekitar 23% menjadi 7%.
  • Radioterapi untuk Ductal Carcinoma In Situ (DCIS): Setelah BCS untuk DCIS (kanker non-invasif), radioterapi mengurangi risiko kekambuhan DCIS dan perkembangannya menjadi kanker invasif.
  • Radioterapi untuk Kanker Payudara Berulang: Untuk kekambuhan lokal setelah BCS dan radioterapi awal, teknik seperti HDR-Brakiterapi APBI bisa menjadi pilihan untuk re-iradiasi dengan hasil menjanjikan.
  • Radioterapi pada Pasien Usia Lanjut: SBRT menjadi pilihan menarik karena efektif, tolerabilitas baik, dan jadwal pengobatan singkat, sehingga cocok untuk pasien usia lanjut dengan komorbiditas.

Efek Samping Radioterapi Kanker Payudara dan Manajemennya

Meskipun efektif, radioterapi dapat menyebabkan efek samping karena sel sehat di sekitar area target juga bisa terkena radiasi. Efek samping biasanya muncul beberapa minggu setelah pengobatan dimulai dan mereda setelah selesai.

Efek Samping Umum:

  • Reaksi Kulit: Paling umum. Mulai dari kemerahan ringan, gatal, kering, hingga kulit mengelupas atau melepuh.
    • Manajemen: Jaga kebersihan kulit dengan lembut, hindari sinar matahari langsung, gunakan pelembap yang direkomendasikan dokter, kenakan pakaian longgar.
  • Kelelahan (Fatigue): Sangat sering terjadi, bisa berat dan bertahan lama.
    • Manajemen: Istirahat cukup, seimbangkan aktivitas, nutrisi baik, aktivitas fisik ringan jika disetujui dokter.
  • Nyeri Payudara: Rasa nyeri, pegal, atau tidak nyaman pada payudara yang diradiasi.
    • Manajemen: Obat pereda nyeri jika perlu, bra yang suportif namun tidak ketat.
  • Limfedema: Pembengkakan kronis pada lengan, tangan, atau payudara di sisi yang diobati akibat gangguan sistem limfatik. Ini adalah efek samping penting yang perlu diwaspadai.
    • Manajemen: Pencegahan (latihan, jaga berat badan, hindari cedera/infeksi), terapi fisik khusus jika terjadi (drainase limfatik, kompresi).
  • Efek Samping Kardiovaskular (Jantung): Perhatian khusus jika payudara kiri diradiasi. Teknik modern seperti VMAT dapat mengurangi risiko kerusakan jantung hingga 30%. Pemantauan jangka panjang penting.

Efek samping seperti kerontokan rambut di kepala, sariawan, mual, atau muntah umumnya tidak terjadi pada radioterapi kanker payudara, kecuali jika area lain juga diradiasi.

Tabel 3: Efek Samping Umum Radioterapi Kanker Payudara dan Manajemennya

Jenis Efek SampingPerkiraan OnsetGejala UmumStrategi Manajemen/Pencegahan Umum
Reaksi Kulit AkutAkut (selama/setelah RT)Kemerahan, gatal, kering, mengelupas, rasa terbakar.Perawatan kulit lembut, hindari iritan & sinar matahari, losion rekomendasi dokter.
Kelelahan (Fatigue)Akut – KronisRasa lelah berlebihan, tidak hilang dengan istirahat.Istirahat cukup, aktivitas fisik ringan teratur, nutrisi seimbang, hidrasi.
Nyeri PayudaraAkut (selama/setelah RT)Nyeri, pegal, atau sensitivitas pada payudara yang diradiasi.Analgesik jika perlu, bra suportif tanpa kawat.
Pneumonitis RadiasiSubakut (minggu-bulan stlh RT)Batuk kering, sesak napas (jarang dgn teknik modern).Teknik radiasi modern (IMRT/VMAT) minimalkan dosis paru. Kortikosteroid jika perlu.
KardiotoksisitasKronis (tahun setelah RT)Peningkatan risiko penyakit jantung (terutama RT kiri).Teknik modern (IMRT/VMAT, DIBH) minimalkan dosis jantung.
LimfedemaAkut – KronisPembengkakan lengan/tangan/payudara, rasa berat.Hindari cedera lengan, latihan, jaga BB, terapi fisik (jika terjadi).

(Sumber: Diadaptasi dari berbagai sumber ilmiah terkait efek samping radioterapi)

Strategi Meminimalkan Efek Samping:

  • Perencanaan Cermat & Teknik Modern: IMRT, VMAT, SBRT mengurangi paparan ke jaringan sehat.
  • Penggunaan Bolus yang Tepat: Jika diperlukan, untuk optimalkan dosis permukaan.
  • Komunikasi dengan Tim Medis: Laporkan setiap efek samping untuk penanganan yang tepat.

Perkembangan Terkini dan Masa Depan

Radioterapi terus berinovasi menuju pengobatan yang lebih presisi dan personal, seperti:

  • Teknologi Presisi Tinggi: VMAT, IMRT Adaptif, SBRT.
  • Personalisasi Terapi: Berdasarkan profil genomik tumor.
  • Integrasi dengan Terapi Sistemik: Kombinasi dengan imunoterapi atau terapi target menunjukkan hasil menjanjikan.
  • Hipofraksinasi: Regimen pengobatan lebih singkat (misalnya, 3-4 minggu vs 5-6 minggu) dengan hasil sebanding, lebih nyaman bagi pasien.

Kesimpulan

Radioterapi adalah komponen vital dalam penanganan komprehensif kanker payudara. Kemajuan teknologi telah memungkinkan pengobatan yang lebih efektif dengan efek samping yang lebih minimal. Pendekatan yang semakin personal dan terintegrasi dengan terapi lain terus dikembangkan, memberikan harapan besar bagi pasien.

Penting untuk selalu berdiskusi dengan tim dokter Anda mengenai pilihan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Dengan pemahaman yang baik dan dukungan medis yang tepat, perjalanan pengobatan kanker payudara dapat dilalui dengan lebih optimis.


Daftar Pustaka (Referensi Ilmiah dan Tautan):

  1. Puspitasari, C. E., Hawarikatun, B., Annisa, J., & Yasykurah, M. M. (2024). Perkembangan targeted therapy pada kanker payudara dengan pertimbangan luaran biaya dan kualitas hidup: narrative review. Sasambo Journal of Pharmacy, 5(2), 124-131. https://jffk.unram.ac.id/index.php/sjp/article/download/448/203/3539
  2. Pasiowan, H., Diartama, A. A. A., & Mughnie, D. B. (2024). PERBANDINGAN PENGGUNAAN BOLUS DAN TANPA BOLUS DALAM RADIOTERAPI PASCAMASTEKTOMI PADA KANKER PAYUDARA. PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 8(2), 3749–3755. https://doi.org/10.31004/prepotif.v8i2.31069
    • Apriantoro, N. H., & Kartika, Y. (2023). Teknik Radioterapi Kanker Payudara Post Mastektomi dengan Teknik Intensity Modulated Radiation Therapy. Indonesian Journal for Health Sciences, 7(1), 22–28. https://doi.org/10.24269/ijhs.v7i1.5178
    • Bahhous, K., Zerfaoui, M., & Khayati, N. El. (2019). Effect of bolus frequency and its thickness in postmastectomy three-dimensional conformal radiotherapy on skin dose for superposition algorithm. Iranian Journal of Medical Physics, 16(6), 397–404. https://doi.org/10.22038/ijmp.2018.33900.1426
    • Farhiyati, W., Subroto, R., Makmur, I. W. A., Qomariyah, N., & Wirawan, R. (2020). Treatment Planning System (Tps) Kanker Payudara Menggunakan Teknik 3Dcrt. ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi Dan Aplikasi Pendidikan Fisika, 6(1), 150. https://doi.org/10.31764/orbita.v6i1.2115
    • Nurhayati, N., & Mulyaningsih, N. N. (2020). Penerapan Radioterapi Pada Pengobatan Kanker Payudara. Schrodinger Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Fisika, 1(2), 88–94. https://doi.org/10.30998/sch.v1i2.3137
    • Pramesti, W. S., Yuana, F., Herwiningsih, S., & Hentihu, F. K. (2023). Analisis dosis sebaran organ at risk (OAR) pada perencanaan radioterapi kanker payudara kiri dengan teknik 3D-CRT melalui dose volume histogram (DVH). [Nama Jurnal tidak disebutkan dalam cuplikan] 10(1), 1–11.
  3. Fauziah, A., Rahim, A., & Salman, S. (2022). Evaluasi Pengobatan Radioterapi Pada Pasien Kanker. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 4(3), 739-747. https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jsscr/article/view/15794
  4. Mandaya Hospital Group. (n.d.). Radioterapi Kanker Payudara: Prosedur, Jenis, Efek Samping. Diakses dari https://mandayahospitalgroup.com/id/radioterapi-kanker-payudara/
  5. Poppe, M. M., Hughes, R., & Wright, J. L. (2023). Modern advances in radiotherapy for breast cancer. Frontiers in Oncology, 13, 10026101. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10026101/
  6. Lagrange, J. L., Kirova, Y., & Hennequin, C. (2019). Stereotactic body radiation therapy (SBRT) in older (≥60 years) breast cancer patients. Translational Cancer Research, 8(Suppl 3), S286-S296. https://tcr.amegroups.org/article/view/30154/html
  7. Adi Husada Cancer Center (AHCC) Surabaya. (n.d.). Masa Depan Pengobatan Kanker Payudara di AHCC. Diakses dari https://rumahsakitkankersurabaya.com/masa-depan-pengobatan-kanker-payudara-ahcc/
  8. Chatzikonstantinou, G., Strouthos, I., Scherf, C., Köhn, J., Solbach, C., Rödel, C., & Tselis, N. (2021). Interstitial multicatheter HDR-brachytherapy as accelerated partial breast irradiation after second breast-conserving surgery for locally recurrent breast cancer. Journal of Radiation Research, 62(3), 465–472. https://doi.org/10.1093/jrr/rrab004
  9. Rutqvist, L. E., Rose, C., & Cavallin-Ståhl, E. (2003). A systematic overview of radiation therapy effects in breast cancer. Acta Oncologica, 42(5-6), 532-545. https://doi.org/10.1080/02841860310014444
  10. Alodokter. (n.d.). Inilah Efek Samping Radioterapi. Diakses dari https://www.alodokter.com/inilah-efek-samping-radioterapi