Kanker payudara masih menjadi salah satu jenis kanker yang ditakuti. Pasalnya angka kematian yang disebabkan oleh kanker ini menempati peringkat pertama di antara kanker lainnya. Pada tahun 2020, dikutip dari Katadata, menurut data Globocan tercatat ada 65.858 kasus kanker payudara di Indonesia. Tidak hanya ditakuti karena angka kematiannya yang tinggi, pada beberapa kasus kanker payudara juga dapat muncul kembali bahkan setelah pasien menjalani operasi pengangkatan. Bagaimana hal ini terjadi? Simak pembahasannya melalui artikel berikut ini.
Mengenal Kanker Payudara
Kanker payudara terjadi ketika sel-sel tumbuh tidak terkendali di area payudara dan sekitarnya. Pada tahap awal, kanker ini bisa sangat sulit terdeteksi. Hal ini juga yang menyebabkan banyak kasus kanker baru ditemukan pada stadium yang sudah parah dan membutuhkan penanganan yang lebih rumit.
Pada dasarnya ketika kondisi kanker masih belum menyebar ke organ di sekitarnya, penanganannya dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu neoajuvan, operasi, dan ajuvan. Di tahap neoajuvan atau praoperasi, fokus perawatan adalah bagaimana membuat ukuran tumor mengecil agar lebih mudah dioperasi. Selanjutnya adalah tahap operasi itu sendiri untuk mengangkat sel kanker dari tubuh. Ada dua macam tindakan operasi yang biasanya dilakukan dalam menangani kanker ini, yaitu:
- Lumpektomi
Pada prosedur ini, operasi pengangkatan dilakukan dengan mengangkat sebagian jaringan yang terkena tumor. Prosedur ini lebih sering dilakukan karena tidak menghilangkan bentuk payudara. Namun di lain sisi, karena hanya mengambil sebagian jaringan, risiko meninggalkan sisa-sisa sel kanker di jaringan sekitarnya yang nantinya dapat kambuh kembali, juga lebih besar. - Mastektomi
Sementara, operasi mastektomi akan berusaha menghilangkan sel kanker dengan mengangkat seluruh payudara. Prosedur ini umumnya direkomendasikan kepada pasien yang sudah berada pada stadium akhir, atau yang kondisi kankernya sudah parah.
Tahap terakhir adalah tahap ajuvan atau pasca operasi. Di tahap ini fokusnya adalah memastikan tidak ada sel-sel kanker yang tertinggal, sekaligus mengurangi potensi munculnya kembali sel kanker di kemudian hari.
Sayangnya, belum ada prosedur yang dapat memastikan membersihkan sel kanker hingga 100%. Terlebih untuk sel-sel kanker mikrometastatik, atau sekelompok kecil sel kanker yang sudah terlanjur menyebar dan tidak terdeteksi pemindaian rutin. Sel-sel mikrometastatik inilah yang nantinya berpotensi memicu timbulnya kambuhan kanker payudara.
Bagaimana Mendeteksi Kekambuhannya?
Faktor seperti ukuran tumor dan kecepatan penyebarannya ikut menentukan potensi kambuh tidaknya kanker di kemudian hari. Biasanya kanker payudara berpotensi muncul kembali dalam 2 tahun sejak dilakukan operasi dan risikonya akan turun seiring waktu. Oleh karena itu, pemantauan dan kontrol rutin pada 2 tahun pertama akan sangat dianjurkan. Beberapa gejala berikut wajib diwaspadai karena dapat menjadi tanda kambuhnya kanker payudara:
- Muncul benjolan baru
- Terjadi penebalan di area bekas operasi
- Terjadi pembengkakan di lengan, atas tulang selangka, dan dada
- Muncul nyeri pada bahu, atau mati rasa
- Timbul gejala metastasis
- Terjadi penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan drastis
Namun untuk dapat benar-benar memastikan, ada beberapa tes yang harus dijalankan, seperti CT Scan, mammogram, MRIs, dan PET Scan. Anda dapat melakukan tes-tes yang disebutkan tadi dengan lebih aman dan nyaman di Rumah Sakit Adi Husada Cancer Center (AHCC) Surabaya.
Sebagai pusat penanganan kanker terintegrasi pertama di Indonesia timur AHCC siap menjadi rumah sakit kanker terbaik yang akan mendampingi Anda melalui setiap tahapan pengobatan dengan pendekatan yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau melalui email ke info@ahcc.co.id