Panik adalah respon yang wajar ketika mengetahui muncul benjolan di payudara yang tidak biasa. Karena umumnya kita akan langsung berpikiran bahwa benjolan tersebut adalah gejala kanker payudara. Kepanikan yang terjadi dapat dipahami mengingat hingga saat ini kanker payudara masih menjadi salah satu jenis kanker yang berbahaya, khususnya bagi perempuan.
Dikutip dari Katadata, berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN) milik WHO di tahun 2020 yang lalu, dengan 65..858 kasus, itu artinya kanker payudara setara dengan 16,6% total kasus kanker keseluruhan di sini. Jumlah ini menempatkan kanker payudara di peringkat pertama kanker yang paling banyak diderita di Indonesia, disusul kemudian oleh kanker serviks.
Namun, berbicara tentang munculnya benjolan di payudara, Anda sebaiknya mengetahui bahwa adanya benjolan tidak selalu menandakan adanya kanker. Selanjutnya dalam artikel ini akan menjelaskan lebih banyak tentang beberapa kondisi yang juga dapat menyebabkan timbulnya benjolan.
Ketahui Penyebab Benjolan di Payudara Selain Kanker
Sebagian besar benjolan yang muncul disebabkan oleh kondisi yang bersifat non kanker dan tidak berbahaya. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Kelainan Fibrosis
Sebagian besar benjolan dipicu adanya perubahan abnormal pada jaringan payudara. Tidak jarang pada kondisi ini, dari puting juga akan keluar cairan keruh. Namun Anda tidak perlu terlalu khawatir, karena perubahan ini tidak bersifat ganas atau berkembang menjadi kanker. - Fibroadenoma
Merupakan salah satu jenis tumor, namun sifatnya jinak. Kondisi fibroadonema ini juga salah satu kondisi yang paling banyak dialami oleh para perempuan, khususnya mereka yang berusia 20-30 tahun. Kondisi ini ditandai dari beberapa ciri seperti, bentuk benjolan yang bulat dan kencang, dapat bergeser saat diraba, dan tidak menimbulkan sakit ketika ditekan. - Kista
Benjolan kista payudara biasanya berbentuk bulat atau lonjong dan berisi cairan. Sama sepert kondisi fibroadenoma, kista payudara juga dapat bergeser atau berpindah ketika disentuh. Pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan untuk mengetahui diagnosa yang lebih akurat. - MastitisMerupakan kondisi yang umum dialami oleh ibu-ibu menyusui. Kondisi ini muncul ketika terjadi peradangan yang menyebabkan nanah pada jaringan payudara. Pemicunya adalah adanya infeksi bakteri atau terjadi penyumbatan di duktus (saluran yang membawa ASI dari kelenjar payudara ke puting).
- Papiloma Intraduktal
Umumnya menyerang perempuan berusia 35 hingga 55 tahun. Papiloma intraduktal adalah sejenis tumor jinak yang terbentuk pada kelenjar susu. Selain dapat diketahui dari munculnya benjolan di area puting, kondisi ini juga dapat menimbulkan keluarnya cairan yang tidak biasa dari puting. Sayangnya, beberapa kondisi papiloma intraduktal juga memiliki potensi berkembang menjadi kanker payudara.
Kapan Harus Mulai Waspada?
Seperti yang sempat disinggung di atas, sebagian besar kondisi benjolan di payudara bersifat jinak dan tidak membahayakan. Namun beberapa di antaranya juga memiliki potensi berkembang menjadi kanker payudara.
Sayangnya, kondisi tersebut tidak dapat diketahui hanya dengan melihat gejala dan perubahan ciri-ciri fisik. Beberapa pemeriksaan lanjutan dapat direkomendasikan jika dibutuhkan, terlebih jika benjolan tersebut diikuti dengan beberapa gejala sebagai berikut:
- Bengkak dan berwarna merah
- Timbul nyeri
- Kulit payudara mengelupas
- Puting tertarik ke dalam
- Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
Jika kondisinya sudah seperti ini, Anda sebaiknya mulai waspada dan segera berkonsultasi dengan dokter. Apabila dokter merasa bahwa kondisi yang dialami berpotensi berkembang sebagai kanker, Anda akan direkomendasikan untuk pemeriksaan lebih lanjut seperti:
- Pemeriksaan Mammografi
Atau foto rontgen yang dilakukan pada payudara. Prosedur ini dilakukan untuk mendeteksi mengetahui kelainan apa yang terjadi pada jaringan payudara, apakah itu tumor, penumpukan kalsium, atau hal lainnya. - Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini memanfaatkan gelombang suara untuk menampilkan gambar jaringan payudara pada monitor. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui apakah benjolan yang muncul bersifat padat atau berisi cairan. - Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Biasanya dilakukan jika pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan, tapi justru tidak terdeteksi dengan mammografi dan USG. Pemeriksaan MRI menggunakan alat khusus yang memanfaatkan medan magnet dan gelombang suara untuk menampilkan jaringan payudara di monitor. - Biopsi
Pemeriksaan biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan benjolan di payudara untuk kemudian diperiksa lagi di laboratorium.
Seluruh jenis pemeriksaan ini bisa Anda dapatkan di RS Adi Husada Cancer Center, pusat penanganan kanker terintegrasi pertama di Indonesia timur. Dengan tenaga medis yang andal dan profesional, serta ditunjang peralatan dan fasilitas berstandar internasional, AHCC siap mendampingi Anda melalui setiap tahapan pengobatan dengan pendekatan yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien. Anda dapat menghubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau melalui email ke info@ahcc.co.id