Adi Husada Cancer Center

5 Fase Emosional Yang Dirasakan Oleh Pasien Kanker

Mendapati diri terdiagnosa kanker merupakan hal yang berat bagi seseorang. Ini tidak hanya berdampak pada fisik semata, tapi juga secara psikis. Pada umumnya, pasien kanker cenderung memperhatikan bagaimana cara mengobati, tapi melupakan kesehatan psikis.

Fisik dan psikis merupakan dua hal yang harus diperhatikan. Tetapi, pada prakteknya para pasien kanker hanya memperhatikan bagaimana menyembuhkan penyakitnya saja, tanpa “mengobati” psikisnya.

Ada lima fase emosional yang terdapat pada pasien kanker, antara lain:

  1. Fase pertama, denial atau penyangkalan.

Dalam fase ini, timbul adanya rasa menyangkal pada diri pasien. Seperti ketidak percayaan jika dirinya yang terkena kanker dan kenapa tidak orang lain yang terkena penyakit ini.

  1. Fase kedua, anger atau kemarahan.

Pasien yang terdiagnosa Kanker tentu tingkat emosionalnya tinggi, dimana pasien terbukti lebih cepat marah. Penyebab pada fase ini adalah penurunan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, penurunan konsentrasi, daya ingat dan perubahan kemampuan seksual mempengaruhi respon psikologis pasien kanker.

  1. Fase ketiga yaitu bargainning atau tawar menawar.

Pada fase ini pasien berada dalam konflik batin antar “mengetahui” bahwa ajal ada di depan mata dengan keinginan menyelesaikan tujuan hidup yang belum selesai. Dalam fase ini ada perasaan takut sekarat, takut mati dan takut pergi sendirian.

Dalam kondisi yang seperti ini pasien mulai mencari-cari informasi baik dari orang lain maupun social media untuk mencari dokter terbaik yang harus dikunjungi untuk berkonsultasi, dimana tempat pengobatan yang terbaik yang harus didatangi dan jenis pengobatan apa yang harus dijalani.

  1. Fase keempat, depresi.

Banyaknya dampak emosional yang harus dihadapi oleh pasien yang mengakibatkan depresi terjadi akibat dari segala pengobatan yang sedang dijalani, hilangnya kepastian, ketidakstabilan status mental pasien (misal ketakutan, cemas, khawatir dan kesedihan), ketergantungan terhadap orang lain, berkurangnya harga diri, perubahan perspektif masa depan dan ancaman kematian.

  1. Fase terakhir yakni acceptance atau pasrah.

Pada fase ini ada pasien yang sudah menerima atau acceptance kondisi bahwa apa yang dihadapi benar-benar terjadi dan tidak bisa diubah.

Seorang pasien menerima kondisinya bisa dikarenakan berpikiran masih ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan adanya dukungan dari pihak keluarga atau orang terdekatnya.

Selain itu adanya supporting grup atau grup sesama penderita dimana mereka bisa saling sharing atau berbagi baik itu pengalaman, ataupun saling memberi kekuatan untuk berjuang sembuh sehingga dapat membantu dalam mengobati psikis pasien.

Tetapi ada juga pasien yang merasa menyerah atau pasrah sehingga malah mengalami kemunduran ke tahap sebelumnya. Pasien yang tidak dapat mengatasi tahap penolakan akan menjadi depresi, menjadi kegusaran dan kemarahan. Pada kondisi ini pasien akan kembali lagi ke penolakan, kemudian menjadi tawar-menawar, depresi, dan selanjutnya. Pada fase ini peran psikiatri atau dokter ahli kejiwaan bisa dilibatkan.

Psikiatri atau dokter ahli kejiwaan bisa dilibatkan sejak berita kurang menyenangkan tersebut (diagnosis kanker) disampaikan ke pasien. Seorang psikiatri akan menilai bagaimana mental pasien apakah bisa menerima atau tidak, apakah pasien denial atau tidak.

Disini psikiatri akan mengambil peran penting untuk kesehatan mental pasien dalam lakukan manajement stres. Management stres yang tepat akan membuat pasien terhindar dari depresi dan dapat menjalani pengobatan lebih optimal.

Kondisi mental seseorang akan mempegaruhi imunitas. Maka dari itu penting menjaga kesehatan mental pasien, agar imunitas menjadi kuat dan bisa menjalani semua proses pengobatan.