Kanker serviks masih menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan di seluruh dunia. Mengutip dari Katadata, berdasarkan data WHO pada tahun 2020 lalu, di Indonesia saja tercatat ada sekitar 36 ribuan kasus kanker serviks. Meskipun lebih umum terjadi pada wanita dewasa, tetapi kanker jenis ini juga dapat menyerang mereka yang lebih muda.
Menurut penelitian Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2018 tercatat dari sekitar 11.000 perempuan di Amerika Serikat yang didiagnosa dengan kanker ini, 20% di antaranya berusia di bawah 45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan muda pun tidak luput dari risiko kanker serviks.
Apa Sih Kanker Serviks Itu?
Sesuai namanya, kanker yang dikenal juga dengan sebutan kanker leher rahim ini terjadi ketika sel-sel di area leher rahim tumbuh cepat dan tidak terkendali. Leher rahim sendiri merupakan area di bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tingkat lebih lanjut, sel-sel kanker ini juga dapat menyebar ke jaringan lain di sekitar area leher rahim seperti jaringan vagina, saluran kelamin, kandung kemih, bahkan hingga ke organ tubuh lainnya yang terletak jauh dari leher rahim.
Penyebab utamanya adalah infeksi virus HPV atau human papillomavirus. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Namun tidak semua orang yang terinfeksi HPV otomatis terkena kanker leher rahim. Ada banyak jenis HPV, tapi hanya beberapa jenis di antaranya yang dapat menyebabkan kanker leher rahim.
Berbagai faktor lain juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker ini, di antaranya adalah merokok, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, bergonta-ganti pasangan seksual, melakukan hubungan seksual tanpa pengaman, serta riwayat kanker di keluarga sebelumnya.
Apa Saja Gejalanya?
Sayangnya, pada tahap awal penyebaran kanker ini sering tidak terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala. Namun pada tahap lebih lanjut, dapat muncul gejala berupa:
- Perdarahan vagina yang tidak normal, seperti misalnya ketika usai berhubungan seksual, perdarahan di luar jadwal menstruasi, atau perdarahan setelah menopause.
- Keputihan yang tidak biasanya, berbau busuk atau berwarna cokelat.
- Merasakan sakit atau nyeri saat berhubungan seksual.
- Sering mengalami nyeri panggul atau sakit punggung
Bagaimana Pencegahannya?
Karena umumnya baru dapat diketahui setelah memasuki stadium lanjut, maka rutin melakukan skrining, memegang peranan penting pada pencegahan dan pengobatan kanker serviks.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya sel yang berubah menjadi abnormal (potensi sel kanker). Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan adalah:
- Pap Smear
Dilakukan dengan cara mengambil sampel sel-sel dari leher rahim dan memeriksanya di bawah mikroskop. Tujuannya adalah untuk mendeteksi perubahan sel yang abnormal, yang dapat menunjukkan adanya risiko terkena kanker serviks. Tes ini tidak menyakitkan dan dapat dilakukan di klinik atau dokter kandungan. Para perempuan disarankan mulai melakukan tes ini pada usia 21 tahun atau setelah aktif secara seksual. - Tes HPV
Dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim dan memeriksa adanya virus HPV. Tes HPV dapat dilakukan bersamaan dengan tes pap smear atau terpisah. Tes HPV disarankan untuk wanita yang telah aktif secara seksual dan berusia di atas 30 tahun. - Kolposkopi
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan alat bernama kolposkop, yang dapat memperbesar gambar leher rahim. Dokter akan memeriksa leher rahim dan memeriksa adanya perubahan sel yang abnormal. Jika ada perubahan yang mencurigakan, dokter akan mengambil sampel jaringan untuk diperiksa lebih lanjut. - Biopsi
Yaitu prosedur di mana dokter mengambil sampel jaringan dari leher rahim untuk diperiksa di laboratorium. Biopsi dilakukan jika ada perubahan sel yang mencurigakan pada tes pap smear atau kolposkopi. Jenis biopsi yang dilakukan tergantung pada area leher rahim yang terkena dan seberapa dalam jaringan yang harus diambil.
Selain pemeriksaan rutin dan menghindari faktor-faktor risiko seperti yang sudah disebutkan di awal, mendapatkan vaksinasi HPV juga dapat membantu mencegah terjadinya kanker serviks.
Bagi Anda yang memiliki gejala atau faktor risiko terkena kanker serviks, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan atau onkologi ginekologi. Sebagai salah satu rumah sakit onkologi terbaik di Surabaya, Adi Husada Cancer Center menyediakan pelayanan konsultasi, deteksi dini, dan pengobatan dengan menggunakan teknologi dan peralatan terkini, serta didukung oleh tim dokter spesialis yang berpengalaman dan terlatih.
Jangan menunda-nunda pemeriksaan dan konsultasi, karena deteksi dini dan penanganan awal dapat meningkatkan potensi kesembuhan. Hubungi kami melalui kontak whatsapp di 0851-7422-6922 atau melalui email ke info@ahcc.co.id untuk informasi lebih lanjut atau untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis kami.